Minggir Menginspirasi - Pada 8 Mei 1931, Muhammadiyah mengadakan kongres di Yogyakarta. Kongres berlangsung hingga 16 Mei. Untuk mengajak para kader mengikuti kongres, Muhammadiyah membuat pamflet yang membuat pemerintah kolonial ketakutan.
Pamflet itu memajang gambar Pangeran Diponegoro tengah menunjuk sebuah masjid. Di bawahnya tertulis huruf Arab: Hayya ‘alal falah yang berarti “mari menuju kemenangan”.
Menurut sejarawan Peter Carey, gambar Diponegoro itu dari karya lukisan A.J. Bik yang menunjukkan jalan ke Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta.
Baca Juga : Muhammadiyah Menjadi Organisasi Keagamaan Terkaya Peringkat 4 Dunia
Pemerintah kolonial Belanda menjadi fobia. Sosok Diponegoro seakan hidup kembali. Untuk mencegah gerakan massa, aparat kolonial yang jengkel membakar semua pamflet atau apapun yang berbau Diponegoro.
Menurut Werner Kraus, penulis biografi Raden Saleh yang melukis Penangkapan Pangeran Diponegoro, potret Diponegoro tidak hanya di ruang kongres, tetapi juga dijual di pasar, untuk dipasang di ruang keluarga orang biasa. Indoktrinasi yang terus-menerus ini terbilang sukses. Pemerintah kolonial di bawah Gubernur Jenderal de Jonge bereaksi. Semua hal yang berbau Diponegoro dilarang.
Sumber: historia.id