Sunday, November 25, 2018

Yang Baru dari Daratan

Catatan kecil. Ahad, 25 Nop. 2018
----

"Selamat nggih.  Sukses," kata saya sambil menyalami Pak Darum, seusai acara pengajian Ahad Wage. Tadi pagi.

Sebelumnya, sebagian jamaah barangkali sempat khawatir.  Mengingat mayoritas penduduk Dusun Daratan  adalah non Muslim. Sama juga dengan dusun tempat saya tinggal : Jetis Depok.



Yang saya dengar beberapa hari sebelum Ahad Wage,  Pak Darum sampai njawil  Majelis Tabligh : agar materi pengajiannya nanti yang "aman" saja.

Dan, pagi tadi Subhanallah. Justru yang saya temui malah di luar dugaan.

Sambil stand by di Viar stan MEK, saya cermat mendengarkan tausiah sang penceramah : Bp. Arif Jamali, M.Pd., wakil ketua PWM DIY. yang asli Palembang itu. Yang isi materi ceramahnya cukup memukau itu.








Tiba-tiba, saya tertarik dengan pemandangan yang jarang terjadi.  Dan, perhatian saya mulai  teralihkan. Di tengah khusuknya  mendengarkan materi pengajian. 

Saya melihat Ketua Ranting Muhammadiyah Sendangsari : Bpk. Ngadimin. Tengah menggendong sang cucu mondar-mandir di area seputar pengajian. Sebelah Selatan.

Pada awalnya, saya anggap ini hal yang sangat lumrah. Biasa saja. Tak ada yang istimewa.

Namun, ternyata hal yang sama, bukan hanya dilakukan oleh pak Ngadimin saja.

Saya tergelitik untuk mencoba menghitung.  Di areal sebelah Selatan panggung.  Tak kurang, ada 4 orang ibu/bapak yang menggendong putra ataupun cucunya. 

Dan saya sempatkan untuk mengabadikan moment langka ini, dengan kamera HP.

Selain balita yang digendong, saya juga sempat menghitung anak-anak seumuran SD yang ada disekitar areal pengajian.  Jumlah totalnya ada 16 anak.

Ada anak yang duduknya dipangku oleh sang Kakek.  Ada  anak yang tangannya dituntun oleh ibunya. Ada anak yang  tengah bercengkerama dengan ayahnya. Ada anak yang tengah asyik dengan HP ditangannya. 

Ada pula, satu anak yang sampai membawa kursi plastik yang tengah asyik bermain dengan sang adik.

Ada pula beberapa anak yang merengek meminta dibelikan roti Mentari, yang kebetulan ada di stan MEK.  Dan ini anak yang pintar. Masih kecil sudah sadar nglarisi produk MEK. He he he.

Diam-diam saya menahan senyum. Alhamdulillah.

Barangkali, moment langka ini jarang terjadi. Dan semoga ini menjadi tonggak baru.  Mulai dikenalkannya pengajian Ahad Wage pada anak sedini mungkin.

Harapannya, semoga semakin banyak anak yang diajak ke pengajian Ahad Wage.

Bisakah Ahad Wage bukan hanya menjadi sarana pengajian rutin ?

Bisakah  dikemas menjadi  sarana wisata religi  dan edukasi ?

Sebuah peluang dan tantangan.
(*)

Dwi Sumartono.
(bersambung)
Sebelumnya
Berikutnya

Penulis:

1 comment: