Saturday, June 30, 2018

Desertification : Ketika Lahan Berproses Menjadi Gurun…



Oleh : Muhaimin Iqbal

Dua pekan lalu saya terbang dari Jakarta ke Malang menyusuri pantai utara Jawa sebelum berbelok ke selatan di sekitar Surabaya. Karena penerbangan kali ini lebih rendah dari biasanya yaitu di sekitar 29,000 feet, saya bisa menyaksikan pemandangan yang sesungguhnya luar biasa tentang pulau Jawa. Namun pada saat yang bersamaan, ada yang mengusik saya yaitu pemandangan daerah gersang dari Jakarta sampai Indramayu. Saya kawatir telah terjadi proses desertification di daerah ini.



Desertification adalah proses dimana lahan-lahan yang semula subur karena satu dan lain hal berubah menjadi gurun. Penyebabnya bisa karena penebangan hutan, aktifitas penambangan, penelantaran lahan dlsb. Penyebab terakhir ini yang paling mungkin terjadi di sepanjang pantai utara Jawa Barat sampai Indramayu tersebut.

Secara umum berdasarkan publikasinya USDA (United Stated Department of Agriculture) – seperti dalam peta di bawah - Indonesia mestinya merupakan daerah yang aman dari proses desertification. Namun ini tidak menjamin bahwa proses tersebut tidak terjadi, terutama bila kita lalai dari menjaga kesuburan lahan kita.

Saya kawatir apa yang saya lihat dari pesawat tersebut - yang kemudian saya cek dengan petanya Google – merupakan gejala proses desertification di lahan-lahan yang diterlantarkan oleh pemiliknya. Proses desertification ini tidak berjalan ujug-ujug sehingga pemilik/pengelola nya sendiri sangat bisa jadi tidak menyadarinya, tetapi proses dan gejalanya sesungguhnya mudah diamati.

Desertification of Jawa ?

Di Indonesia yang Alhamdulillah masih diberi hujan yang relatif merata, desertification hanya terjadi bila pemilik lahan-lahan luas kebangetan dalam mentelantarkan lahannya. Ketika hujan turun dibiarkan air terus mengalir ke laut atau habis lagi menguap ke udara, maka dari sinilah awal proses desertification itu mulai.



Bila proses ini dibiarkan terus menerus – perlahan tetapi pasti – daerah gersang itu akan terus bertambah luas. Semakin luas kegersangan, semakin cepat lagi air yang turun menguap kembali ke udara – saat itulah proses desertification itu terakselerasi.

 Sebelum ini terjadi, kita kudu berbuat sesuatu – agar kita tidak meninggalkan tanah di negeri yang seharusnya hijau royo-royo ini menjadi gurun bagi anak cucu kita. Tetapi apa konkritnya yang bisa kita lakukan agar desertification ini tidak terjadi ?

Idealnya adalah bila lahan-lahan di negeri ini dikelola secara syar’i. Yaitu lahan-lahan yang diterlantarkan oleh pemiliknya lebih dari tiga tahun, diambil alih oleh negara dan kemudian diserahkan kepada yang mampu memakmurkannya. Bila ini ditempuh, maka tidak akan ada lahan yang sempat nganggur melebihi tiga tahun – sehingga tidak sempat terjadi proses desertification.

Bila pemberlakukan syariat ini mungkin dianggap kurang pas di negeri Bhinneka Tunggal Ika ini, maka pemerintah perlu membuat aturan yang senada. Intinya pemerintah-pemerintah daerah harus mengawasi lahan-lahan di daerahnya agar tidak ada yang diterlantarkan.


Diluar apa yang bisa dilakukan oleh pemerintah, rakyat seperti kita juga banyak yang bisa dilakukan. Menanam pohon banyak-banyak adalah hal yang antara lain bisa kita lakukan ini. Perusahaan-perusahaan bisa mendanai penanaman pohon ini dengan dana CSR-nya kemudian rakyat yang banyak bisa dilibatkan dalam penanaman dan pemeliharaannya.

Mekanisme Ormas Menghijaukan Bumi

Sebagai contoh pekan lalu ada serombongan satu bis besar delegasi dari LAZIS Muhammadiyah seluruh Jawa Tengah menemui kami. Salah satu inti pembicaraan adalah bagaimana kita bisa menggerakkan jama’ah mereka yang sangat banyak itu untuk kegiatan menanam ini.

 Bibitnya tidak harus mereka beli, kita bisa carikan perusahaan-perusahaan besar yang mau mendanai pembibitannya melalui dana CSR mereka. Agar jama’ah yang besar ini bersemangat untuk menanam dan memeliharanya, maka pohon-pohon yang ditanam haruslah yang memberikan hasil buah yang bernilai tinggi bagi mereka.

Maka lagi-lagi pilihan kami jatuh pada lima pohon utama yang ada di Kebun- Kebun Al-Qur’an yaitu kurma, anggur, zaitun, delima dan tin. Dengan memilih pohon-pohon ini, keberkahanNya insyaAllah akan dibukakan karena 1) kita berusaha memahami dan mengamalkan kandungan kitabNya; 2) karena kita menjawab perintahNya untuk memakmurkan bumi; 3) kita berusaha melaksanakan syariatnya yaitu tidak mentelantarkan lahan-lahan kita; 4) kita berusaha melaksanakan perintahNya untuk memberi makan di hari kelaparan ; 5) kita merespon peringatanNya untuk tidak meninggalkan generasi yang lemah.



Selain dengan organisasi kemasyarakatan seperti Muhammadiyah ini, komunikasi yang sama juga sudah mulai kita bangun dengan jama'ah Nadhatul Ulama – mudah-mudahan nantinya umat yang besar ini bisa digerakkan untuk tujuan yang sama, yaitu memakmurkan bumi dan mewariskannya secara lebih baik bagi generasi yang akan datang – dan bukan mewariskan gurun bagi mereka !

Sumber: geraidinar.com

Sebelumnya
Berikutnya

Penulis:

0 comments: