Thursday, January 11, 2018

Bandara Baru : Apakah Kita Siap Menangkap Peluangnya?


Oleh : Dwi Sumartono
MEK PCM Minggir
(Catatan kecil.  Ahad, 7 Januari 2018).


30 menit lagi.  Tepat jam 12 siang.  Saya sudah stand by menunggu family yang akan turun di Stasiun Tugu.  Masih ada satu jam lagi, kereta tiba dari Surabaya.  Waktu yang cukup lama untuk menunggu. 

Saya menyapu pandang ke semua arah.   Tak ada tempat duduk.  Akhirnya, sekenanya, duduk di undak-undakan. 

Lembar demi lembar koran sudah habis saya baca.  Rasa bosan mulai muncul.    Tak terasa sudah 30 menit berlalu.  Bosan mulai berganti penat.  Koran saya tutup. 

Rupanya, sedari tadi saya duduk bersebelahan dengan seorang Ibu.  Saya tidak menyadari.  Saya berinisiatif membuka percakapan.  Sama dengan saya, beliau juga  sedang menunggu kedatangan  familynya.  Dan, kamipun hanyut dalam obrolan.  Ngalor ngidul. 

Jembatan Kebonagung 2 Minggir Sleman

Sampai akhirnya,
sang Ibu bertanya : " Lenggahe pundi, Mas ? "
"Griya kula teng daerah Minggir Bu ! ", jawab saya.

"Oo sing caket kalih Ring Road Dongkelan nika nggih Mas ? ", tanya si Ibu lagi.
"Sanes Bu.  Nika rak Minggiran ! ", jawab saya.

Bertanya lagi si Ibu :  " lha Minggir niku daerah pundi Mas ? ".
" Saking Ring Road Demak Ijo, ngilen teras kepanggih Pasar Godean.  Teras ngilen.  Kepanggih bangjo, teras ngaler Bu ! ", jawab saya.

" Oo niku rak teng gubuk Mang Engking !! ", jawab si Ibu spontan.
" Lha nggih mriku niku Bu.  Nggene Mang Engking niku termasuk daerah Minggir ", jawab saya.
--------------------------------
Itu kejadian sekitar 10 tahun yang lalu.

Sekedar ilustrasi (10 tahun yang lalu) :
- Nama "Mang Engking" lebih dikenal daripada "Minggir".  Waktu itu Mang Engking masih punya 1 gubug makan.

- di Bantul yang ramai di kunjungi pantai  Parang Tritis dan Pantai  Samas.

- di Gunung Kidul hanya ada sedikit sekali pantai yang ramai dikunjungi. Diantaranya Pantai Baron.

- di Kulon Progo sedikit sekali punya tempat yang ramai dikunjungi, salah satunya:  waduk Sermo

- Minggir punya potensi sawah yang menghampar luas.  Terlebih di sebelah barat, ada pemandangan yang sangat eksotis.  Hamparan sawah yang dilatar belakangi hijaunya bukit Menoreh yang membujur Utara ke Selatan. Dibatasi oleh Kali Progo yang tak kalah elok.

Bagaimana sekarang ??
- Mang Engking sudah punya belasan cabang  di seluruh Indonesia

- di Bantul sudah ada pantai Kuwaru, pantai Baru, pantai Goa Cemara, Kebun buah Mangunan, Bukit Pinus, Museum Tani Imogiri, dll

- di Gunung Kidul sudah ada  Goa Pindul,  wisata gunung api purba Nglanggeran, pantai Indrayanti, dan masih banyak lagi

- di Kulon Progo ada program fenomenal : belabeli Kulon Progo, dan sekarang sedang gegap gempita menyambut Bandara Baru.

- sementara kita di Minggir : hamparan sawah tetap saja jadi hamparan sawah.  Malah semakin berkurang luasnya.  Kali Progo tetap saja seperti itu.  Belum ada nilai tambah. Saluran Van der Witcj yang aliran airnya sepanjang tahun pun, masih seperti dulu.  Idem ditto. Tak ada yang berubah. 

Intinya belum ada satupun produk Minggir yang menasional apalagi mendunia. 

Padahal, Minggir menyimpan banyak potensi.  Mengapa kita tidak mencoba mengemas dan  menjualnya keluar ?  Semua pendukung sudah ada. Sekarang jarak dan waktu sudah bukan lagi penghalang.  Kita semua sudah tak asing dengan media sosial, kenapa tidak kita gunakan untuk mempromosikan ? 

Kita juga diuntungkan dengan relatif dekatnya jarak Minggir dengan pusat kota Jogja.  Bandingkan dengan Bantul atau Gunungkidul.  Yang seringkali kita dengar bus wisata tidak bisa sampai ke lokasi karena tidak mampu naik jalan yang terlalu curam.   Bahkan tak jarang juga mengalami kecelakaan, akibat rem blong, tidak mampu naik atau bahkan melorot turun. 

Apa yang bisa dijual ??

Sebetulnya sederhana saja.  Kita buat icon yang bisa menggambarkan potensi masyarakat Minggir.   "Agropreneur"  agaknya tepat untuk mewakili (menggambarkan) potensi Minggir, yang memang separoh lebih,  hidup dan bergantung pada sektor agro kompleks.   Agropreneur bisa diartikan sebagai usaha kemandirian  yang berbasis pada sektor agro kompleks (pertanian dalam arti luas).

Kawasan agropreneur nanti bisa dipadupadankan dengan paketan wisata yang lain.  Misalkan, home stay, kuliner, wisata kerajinan mendong, kerajinan bambu dan lainnya.

Apa bentuknya kongkritnya ??
Konsepnya sebelas dua belas dengan  Kusuma Agro di Batu Malang. Tentu harus dengan inovasi di sana sini.  Saya kira di Minggir sangat pas kalo dibuat  "Kampung Buah" atau "Kampung Sayur". 

Ilustrasinya begini :
Saya punya pengalaman menjamu tamu saudara kita dari Banjarmasin.  Mereka  rombongan 2 bis penuh.  Sehabis menghadiri acara Muktamar Muhammadiyah  di Jogjakarta (beberapa tahun lalu),  mereka mencari tempat wisata dengan suasana yang lain, yang menggambarkan kehidupan pedesaan yang alami.  Seorang kenalan kemudian menghubungi  saya (menawarkan  lokasi penanaman sayur dan buah-buahan yang kami kelola) untuk dikunjungi oleh rombongan tersebut.   Dengan persiapan secukupnya,  kami menyambut kunjungan rombongan tersebut. 

Yang kami tawarkan adalah : silahkan pengunjung memasuki areal kebun dan menikmati hasil sayur dan buah-buahan yang ada.  Sayur dan buah-buahan yang ada silahkan dipetik sendiri kemudian ditimbang dan dibayar.   Mentimun yang biasanya dibeli oleh bakul seharga 800/kg, saya jual seharga 2.500/kg.   Melon biasanya dibeli bakul 2000/kg, saya jual 4.500/kg. 

Hampir 100 orang, laki-laki perempuan, tua muda dan anak-anak, semuanya masuk kebun.  Terutama yang anak-anak, mereka antusias sekali tanya ini itu dan mereka yang paling semangat memetik buahnya.  Semuanya nampak larut dalam suasana riang.  Nah, suasana bahagia inilah yang waktu itu coba saya jual. 

Kalau  kampung buah tersebut sudah siap, barulah kita undang para pelancong untuk datang.  Bahkan, tanpa kita undangpun, mereka pasti akan datang sendiri mencari.  Kemampuan teman-teman kita  yang hobby dengan dunia Teknologi Informasi, saya kira akan dengan senang hati diajak untuk mempromosikan.  Datangnya pelancong akan menggerakkan roda ekonomi di Minggir.  Pasti akan ada gerbong ekonomi lain yang akan mengikutinya.  Mereka pasti butuh kuliner, pernak pernik buah tangan, home stay dan yang lainnya.

Sekali lagi, itu hanya konsep.  Semuanya bergantung kepada kita semua, terutama warga Muhammadiyah. 

Namun, rasanya sudah terlalu lama raksasa yang bernama "potensi ekonomi di Minggir" itu tidur.  Dan sudah terlalu lama pula, menunggu dirangkul dan disentuh.  Entah sampai kapan...??

(*)
Sebelumnya
Berikutnya

Penulis:

0 comments: