Oleh :
Dwi Sumartono
MEK
PCM Minggir
(Catatan
kecil. Ahad, 7 Januari 2018).
30
menit lagi. Tepat jam 12 siang. Saya sudah stand by menunggu family yang akan
turun di Stasiun Tugu. Masih ada satu
jam lagi, kereta tiba dari Surabaya.
Waktu yang cukup lama untuk menunggu.
Saya
menyapu pandang ke semua arah. Tak ada
tempat duduk. Akhirnya, sekenanya, duduk
di undak-undakan.
Lembar
demi lembar koran sudah habis saya baca.
Rasa bosan mulai muncul. Tak
terasa sudah 30 menit berlalu. Bosan
mulai berganti penat. Koran saya
tutup.
Rupanya,
sedari tadi saya duduk bersebelahan dengan seorang Ibu. Saya tidak menyadari. Saya berinisiatif membuka percakapan. Sama dengan saya, beliau juga sedang menunggu kedatangan familynya.
Dan, kamipun hanyut dalam obrolan.
Ngalor ngidul.
Jembatan Kebonagung 2 Minggir Sleman |
Sampai
akhirnya,
sang
Ibu bertanya : " Lenggahe pundi, Mas ? "
"Griya
kula teng daerah Minggir Bu ! ", jawab saya.
"Oo
sing caket kalih Ring Road Dongkelan nika nggih Mas ? ", tanya si Ibu
lagi.
"Sanes
Bu. Nika rak Minggiran ! ", jawab
saya.
Bertanya
lagi si Ibu : " lha Minggir niku
daerah pundi Mas ? ".
"
Saking Ring Road Demak Ijo, ngilen teras kepanggih Pasar Godean. Teras ngilen.
Kepanggih bangjo, teras ngaler Bu ! ", jawab saya.
"
Oo niku rak teng gubuk Mang Engking !! ", jawab si Ibu spontan.
"
Lha nggih mriku niku Bu. Nggene Mang Engking
niku termasuk daerah Minggir ", jawab saya.
--------------------------------
Itu
kejadian sekitar 10 tahun yang lalu.
Sekedar
ilustrasi (10 tahun yang lalu) :
- Nama
"Mang Engking" lebih dikenal daripada "Minggir". Waktu itu Mang Engking masih punya 1 gubug
makan.
- di
Bantul yang ramai di kunjungi pantai
Parang Tritis dan Pantai Samas.
- di
Gunung Kidul hanya ada sedikit sekali pantai yang ramai dikunjungi. Diantaranya
Pantai Baron.
- di
Kulon Progo sedikit sekali punya tempat yang ramai dikunjungi, salah
satunya: waduk Sermo
-
Minggir punya potensi sawah yang menghampar luas. Terlebih di sebelah barat, ada pemandangan
yang sangat eksotis. Hamparan sawah yang
dilatar belakangi hijaunya bukit Menoreh yang membujur Utara ke Selatan.
Dibatasi oleh Kali Progo yang tak kalah elok.
Bagaimana
sekarang ??
- Mang
Engking sudah punya belasan cabang di
seluruh Indonesia
- di
Bantul sudah ada pantai Kuwaru, pantai Baru, pantai Goa Cemara, Kebun buah
Mangunan, Bukit Pinus, Museum Tani Imogiri, dll
- di
Gunung Kidul sudah ada Goa Pindul, wisata gunung api purba Nglanggeran, pantai
Indrayanti, dan masih banyak lagi
- di
Kulon Progo ada program fenomenal : belabeli Kulon Progo, dan sekarang sedang
gegap gempita menyambut Bandara Baru.
-
sementara kita di Minggir : hamparan sawah tetap saja jadi hamparan sawah. Malah semakin berkurang luasnya. Kali Progo tetap saja seperti itu. Belum ada nilai tambah. Saluran Van der Witcj
yang aliran airnya sepanjang tahun pun, masih seperti dulu. Idem ditto. Tak ada yang berubah.
Intinya
belum ada satupun produk Minggir yang menasional apalagi mendunia.
Padahal,
Minggir menyimpan banyak potensi.
Mengapa kita tidak mencoba mengemas dan
menjualnya keluar ? Semua
pendukung sudah ada. Sekarang jarak dan waktu sudah bukan lagi penghalang. Kita semua sudah tak asing dengan media
sosial, kenapa tidak kita gunakan untuk mempromosikan ?
Kita
juga diuntungkan dengan relatif dekatnya jarak Minggir dengan pusat kota
Jogja. Bandingkan dengan Bantul atau
Gunungkidul. Yang seringkali kita dengar
bus wisata tidak bisa sampai ke lokasi karena tidak mampu naik jalan yang
terlalu curam. Bahkan tak jarang juga
mengalami kecelakaan, akibat rem blong, tidak mampu naik atau bahkan melorot
turun.
Apa
yang bisa dijual ??
Sebetulnya
sederhana saja. Kita buat icon yang bisa
menggambarkan potensi masyarakat Minggir.
"Agropreneur" agaknya
tepat untuk mewakili (menggambarkan) potensi Minggir, yang memang separoh
lebih, hidup dan bergantung pada sektor
agro kompleks. Agropreneur bisa
diartikan sebagai usaha kemandirian yang
berbasis pada sektor agro kompleks (pertanian dalam arti luas).
Kawasan
agropreneur nanti bisa dipadupadankan dengan paketan wisata yang lain. Misalkan, home stay, kuliner, wisata
kerajinan mendong, kerajinan bambu dan lainnya.
Apa
bentuknya kongkritnya ??
Konsepnya
sebelas dua belas dengan Kusuma Agro di
Batu Malang. Tentu harus dengan inovasi di sana sini. Saya kira di Minggir sangat pas kalo dibuat "Kampung Buah" atau "Kampung
Sayur".
Ilustrasinya
begini :
Saya
punya pengalaman menjamu tamu saudara kita dari Banjarmasin. Mereka
rombongan 2 bis penuh. Sehabis
menghadiri acara Muktamar Muhammadiyah
di Jogjakarta (beberapa tahun lalu),
mereka mencari tempat wisata dengan suasana yang lain, yang
menggambarkan kehidupan pedesaan yang alami.
Seorang kenalan kemudian menghubungi
saya (menawarkan lokasi penanaman
sayur dan buah-buahan yang kami kelola) untuk dikunjungi oleh rombongan
tersebut. Dengan persiapan
secukupnya, kami menyambut kunjungan
rombongan tersebut.
Yang
kami tawarkan adalah : silahkan pengunjung memasuki areal kebun dan menikmati
hasil sayur dan buah-buahan yang ada.
Sayur dan buah-buahan yang ada silahkan dipetik sendiri kemudian
ditimbang dan dibayar. Mentimun yang
biasanya dibeli oleh bakul seharga 800/kg, saya jual seharga 2.500/kg. Melon biasanya dibeli bakul 2000/kg, saya
jual 4.500/kg.
Hampir
100 orang, laki-laki perempuan, tua muda dan anak-anak, semuanya masuk
kebun. Terutama yang anak-anak, mereka
antusias sekali tanya ini itu dan mereka yang paling semangat memetik
buahnya. Semuanya nampak larut dalam
suasana riang. Nah, suasana bahagia
inilah yang waktu itu coba saya jual.
Kalau kampung buah tersebut sudah siap, barulah
kita undang para pelancong untuk datang.
Bahkan, tanpa kita undangpun, mereka pasti akan datang sendiri
mencari. Kemampuan teman-teman kita yang hobby dengan dunia Teknologi Informasi,
saya kira akan dengan senang hati diajak untuk mempromosikan. Datangnya pelancong akan menggerakkan roda
ekonomi di Minggir. Pasti akan ada
gerbong ekonomi lain yang akan mengikutinya.
Mereka pasti butuh kuliner, pernak pernik buah tangan, home stay dan
yang lainnya.
Sekali
lagi, itu hanya konsep. Semuanya
bergantung kepada kita semua, terutama warga Muhammadiyah.
Namun,
rasanya sudah terlalu lama raksasa yang bernama "potensi ekonomi di
Minggir" itu tidur. Dan sudah
terlalu lama pula, menunggu dirangkul dan disentuh. Entah sampai kapan...??
(*)
0 comments: