Monday, May 1, 2023

Sang Penggelar Tikar

Catatan kecil.

__


Salah satu fokus perhatian saya di Pengajian Syawalan tadi pagi adalah justru ketika Mas Siswanto menyampaikan info.  




Pertama, infak pengajian syawalan sebesar Rp.  5.454.500,-


Kedua, hasil infak dana toples sebesar Rp. 23.753.500,-


Total, sebesar Rp.  29.208.000,-

*


Untuk data yang pertama, saya menanggapinya biasa saja.   Karena memang rata-rata perolehan infak setiap pengajian skala Cabang, ya memang  kisarannya sebesar  4 - 6 juta itu. 


Tapi, begitu mendengar info perolehan dana toples, saya langsung kaget.   Betulkah sebesar itu ?


Saya berkata dalam hati : "Jangan jangan saya salah dengar".


Maka, sesampai di rumah,  hanya beberapa saat setelah pengajian usai, saya bertanya ke Group Al Maun.  


Jam 08.46,  saya chatting : "Dana toples brp nggih wau niku ?". 


Jam 08.49, tiba-tiba Ustadz Ahmad Masrusi, njapri saya : "23 jt sekian". 


Jam 08.51, saya membalas : "Wah besar juga nggih Ustadz".   


Jam 08.52, saya menambahkan : "Itu apakah krn sudah terakumulasi sekian bulan tidak dibawa alias ngendon atau memang potensi per bulannya sebesar itu nggih ?".


Jam 08.53, beliau membalas : "Potensi Romadhon, sebagaimana dulu saran Pak Mukti". 


"O nggih.   Alhamdulillah.  Bisa dikembangkan", balas saya.  


Jam 09.00, di Group Al Maun pak Satidjo memberi informasi bahwa dana toples yang menghitung Lazis mu. 


Jam 09.03, Mas Galih memberi kabar bahwa Dana Toples sebesar Rp. 23.753.500,-


Di waktu yang hampir bersamaan,  Pak Basuki seperti ingin membaca arah pikiran saya, lalu nimbrung : "Cetho catatan kecil iki !".


Saya hanya tersenyum kecil, lalu membalasnya : "He he.   Kok ngertos e Pak". 

**


Coba kita lakukan analisa sederhana.


Assumsinya :

1.  Kursi semua terisi penuh.  Jumlahnya = 450 orang


2.  Jumlah yang duduk lesehan di atas tikar = 250 orang


3. Panitia, kokam, lazis dll = 50 orang.


4. Total = 750 orang. 


5. Anggap saja, dari keseluruhan jamaah yang membawa toples sebesar 500 orang saja (66,66%).


6. Berarti, isi dari masing-masing toples sebesar = Rp. 23.753.500,-. : 500 = Rp. 47.500,-


7. Jadi, setiap jamaah harus mengisi toples masing - masing sebesar = Rp. 47.500,- : 35 hari = Rp. 1.357,- per hari.


Dibulatkan, Rp. 1.500,- per hari


8.  Bisakah kemudian dirinci.   Dari sejumlah Rp. 23 juta itu : 

a. Berapa lembar uang yang berwarna merah ?

b. Berapa lembar yang berwarna biru ?

c. Berapa lembar yang hijau ?

d. Berapa lembar yang ungu, coklat dan abu abu ?

e. Berapa keping uang recehnya ?

*


Ternyata kita mendapatkan lagi sebuah "big data".   Yang potensinya sangat besar.  Selanjutnya,  tinggal bagaimana cara mendekatinya dan mewadahinya. 


Tentu, tadi saya juga sudah merangkum  apa yang teiah disampaikan oleh Ustadz Ikhwan Ahada, MA.  Pun, apa yang disampaikan oleh Pak Nasirun.  


Alhamdulillah, tadi pagi sudah ada yang menuliskan inti ceramah dengan  jelas dan padat.   Terima kasih Pak Nurwida. 


Sedari awal, saya berada di barisan paling belakang.   Bahkan, beberapa saat, saya malah pindah.   Berdiri di seberang jalan.  Membersamai Pak Wahyudi. 


Mungkin, dalam beberapa point, saya kehilangan fokus.   Namun, yang jelas, saya tidak kehilangan fokus kepada yang satu ini.   


Ada sebaris ibu - ibu jamaah yang separoh berseragam merah muda.   Menggelar tikar.  Lalu,  duduk lesehan dengan nyamannya.  Persis berada di bibir aspal jalan.  


Saya tidak bisa menebak siapa saja mereka ? 


Ada juga para penggelar tikar di bagian yang lain.  Di sebelah Ngloji Mart dan di teras Masjid BI.


Jangan jangan, para penggelar tikar inilah yang sudah mengisi toples dengan lembaran merah dan biru.

(*)

JDepok, 30 April 2023.


Uwik DS.

Sebelumnya
Berikutnya

Penulis:

0 comments: