Sedekah itu identik dengan
amalan orang kaya. Harta yang melimpah kemudian sebagian ia berikan kepada
orang yang tidak berpunya. Ini tidak salah. Tetapi bagi orang miskin sedekah
bisa bermacam amalan, sebagaimana sabda Nabi saw berikut. Dari Abu Dzar ra , beliau
berkata : “Sesungguhnya ada beberapa sahabat Nabi dari kalangan kaum miskin
bertanya. ‘Wahai Rasulullah, telah
berlalu orang-orang yang berharta dengan memperoleh pahala. Mereka shalat
sebagaimana kami shalat, mereka puasa sebagaimana kami puasa dan mereka
bersedakah dengan kelebihan harta bendanya”.
Nabi bersabda: “Bukankah Allah
telah menjadikan sesuatu yang dapat kamu sedekahkan. Sesungguhnya dengan
membaca tasbih itu sedekah, setiap takbir sedekah, setiap tahmid adalah
sedekah, setiap tahlil juga sedekah, memerintahkan kebaikan adalah sedekah,
malarang kemungkaran juga sedekah dan pada kemaluan istrimu sedekah”. Mereka
berkata lagi: “Wahai Rasulullah apakah bila salah seorang diantara kami
menyalurkan syahwatnya kepada istrinya ia akan mendapat pahala?”. Nabi
menjawab: “Tahukah kamu sekalian, jika seseorang melampiaskan syahwatnya pada
tempat yang haram, bukankah ia berdosa. Maka sebaliknya bila ia menyalurkan
syahwatnya pada tempat yang halal, tentu akan mendapat pahala”. (HR. Muslim)
Beberapa pelajaran dari hadis
tersebut adalah:
1. Rezeki itu pembagian dari
Allah swt. Banyak atau sedikit telah ditentukan oleh Nya. Kita sering dengar
perkataan, “Gawean iso ditiru, rejeki ora iso dielu-elu”. Sama-sama jualan
baju, toko sebelah laris manis sementara yang lain sepi. Kawan kita buka usaha
foto copy dan sukses, terus kita belajar kepadanya untuk membuka usaha sejenis.
Ternyata biasa-biasa saja. Kata Allah. Sesunguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki
siapa yang dikehendaki dan menyempitkan rezeki kepada siapa yang dihekendaki.
Sesungguhnya Dia Maha tahu dan melihat kepada semua hambaNya. Dengan memahami
ayat ini, kita tidak perlu iri dengan orang lain yang kebetulan ditakdirkan
Allah menjadi kaya. Setiap manusia sudah ditentukan kadar rezekinya
masing-masing.
2. Orang yang dikaruniai harta
ada kewajiban pada hartanya. Zakat dan sedekah dengan hartanya. Mereka akan
mendapat pahala dari amalan tersebut. Adapun bagi yang miskin masih tetap
memperoleh pahala serupa dengan amalan-amalan lain. Memperbanyak berzikir. Tasbih,
tahmid, tahlil dan takbir menjadi sedekah. Juga mengajak orang lain berbuat
kebaikan dan mencegah kemungkaran merupakan sedekah pula. Kurang harta tidak
mengapa yang penting jangan kurang amal.
3. Pemahaman mafhum mukhalafah
tentang amal. Kalau berzina itu dosa maka mengumpuli istri itu pahala.
Pernyataan Rasulullah ini dapat di copy paste untuk amalan yang lain. Misal,
bila makan makanan haram itu berdosa maka mengkonsumsi makanan halal itu
pahala. Bila berdusta itu dosa maka berkata jujur itu berpahala. Bila berbuat
zalim itu dosa maka sebaliknya berlaku adil adalah pahala. Dengan demikian
seorang muslim itu mestinya akan selalu memperoleh pahala. Sebab ia milih
berbuat baik dan menghindari yang mungkar.
4. Rasulullah shalallahu
'alaihi wa'alaihi wassalam itu sangat bijak menghadapi siapa saja. Sehingga
setiap orang merasa special dihadapannya. Orang jawa bilang, sopo wae
diuwongke. Ini sebuah cara komunikasi yang super cerdas. Tidak ada orang yang
merasa diasingkan dan disingkirkan. Itulah salah satu kunci sukses, mengapa
beliau berhasil mengislamkan sebagian besar penduduk di jazirah arab. hanya
dalam jangka 22 tahun.
Cara kemunikasi Rasulullah ini
dapat kita terapkan dalam profesi apa saja. Pedagang, pejabat, politisi bahkan
juga dalam relasi suami istri. Nguwongke orang. Karena pada hakakatnya setiap
manusia itu suka diperlakukan secara terhormat. Wallahu’alam
Oleh : Dr. Muh. Nursalim
(Komisi Kajian MUI Sragen dan
Dewan Syariah Lazismu Sragen )
Sumber
: Facebook
0 comments: